https://tropicalanimal.ppj.unp.ac.id/index.php/jeta/issue/feedJurnal Tropicalanimal2025-05-09T09:28:58+00:00Rini Elisiarinielisia@fmipa.unp.ac.idOpen Journal Systemshttps://tropicalanimal.ppj.unp.ac.id/index.php/jeta/article/view/84Pengaruh Pemberian Tepung Labu Kuning ( Cucurbita Moschata Duschenes ) Terhadap Organoleptik Nugget Itik Afkir2025-05-09T09:28:58+00:00Andika Syahputraas3672124@gmail.comRefika Komalarefikakomala@fmipa.unp.ac.idRini Elisiarinielisia@fmipa.unp.ac.idMaiyontonimaiyontoni@fmipa.unp.ac.id<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p> </p> <p> Penelitian ini membahas tentang bagaimana pengaruh pemberian tepung labu kuning dengan uji organoleptik terhadap warna, rasa, aroma, dan tekstur nugget itik afkir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung labu kuning terhadap organoleptik nugget itik afkir. Penelitian ini menggunakan metode penelitian rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 30 ulangan sehingga totalnya sebanyak 150 sampel. perlakuan yang dimaksud adalah pemberian tepung labu kuning yang terdiri dari P0 (0 g ), P1 (15 g ), P2 (20 g ), P3 (25 g ), P4 (30 g ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung labu kuning (<em>Cucurbita Moschata Duschenes</em>) terhadap organoleptik nugget itik afkir dengan perlakuan 0 g sampai 30 g tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap warna, rasa dan aroma dan berbeda nyata (P<0,05) terhadap tekstur nugget itik afkir. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung labu kuning (<em>Cucurbita Moschata Duschenes</em>) terhadap organoleptik nugget itik afkir dengan perlakuan 0 g sampai 30 g mempengaruhi tekstur akan tetapi tidak berpengaruh terhadap warna, rasa dan aroma.</p> <p> </p> <p>Kata kunci: Nugget, labukuning, organoleptik, itikafkir, daging itik</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong></p> <p> </p> <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p> </p> <p><em> </em></p> <p> This study discusses how the effect of giving yellow pumpkin flour with organoleptic tests on the color, taste, aroma, and texture of afkir ducks. The purpose of this study is to determine the effect of yellow pumpkin flour on the organoleptic of afkir duck nuggets. This study used a randomized design research method complete with 5 treatments and 30 replicas for a total of 150 samples. The treatment in question is the administration of yellow pumpkin flour consisting of P0 (0 g), P1 (15 g), P2 (20 g), P3 (25 g), P4 (30 g). The data from the research results were statistically analyzed by fingerprint analysis and DMRT follow-up tests. The results showed that the administration of yellow pumpkin flour (Cucurbita Moschata Duschenes) to the organoleptic nuggets of duck nuggets with a treatment of 0 g to 30 g was not significantly different (P>0.05) in color, taste and aroma and significantly different (P<0.05) in the texture of duck nuggets. Based on the results of the research and discussion, it can be concluded that the application of yellow pumpkin flour (Cucurbita Moschata Duschenes) to the organoleptic of afkir duck nuggets with a treatment of 0 g to 30 g affects the texture but does not affect the color, taste and aroma.</p> <p> </p> <p>Keywords: Nuggets, yellow squash, organoleptic, duck fig, duck meat.</p>2025-05-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Jurnal Tropicalanimalhttps://tropicalanimal.ppj.unp.ac.id/index.php/jeta/article/view/82Optimalisasi Performa Produksi Ayam Kub Periode Layer Melalui Substitusi Tepung Maggot Bsf Dalam Ransum 2025-04-30T05:55:21+00:00Fajri Maulanafajrimaulana@politala.ac.idSatri Yusasra Agasisatri@politala.ac.idMalikil Kudus Susalammalikilsusalam@unp.ac.idFadhli Fajrifadhlifajri@politala.ac.idHeppy Setya Primaheppysetya94@unimed.ac.idBunga Putri Febrinabungapf@politala.ac.id<p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p><em>Tujuan penelitian yaitu evaluasi penggunaan tepung maggot Black Soldier Fly (BSF) dalam pakan terhadap kinerja produksi ayam KUB pada fase layer. Penelitian ini menggunakan 200 ekor ayam KUB berumur 24 minggu digunakan dalam penelitian ini dan dipelihara selama tujuh minggu dengan perlakuan pakan yang berbeda. Analisis data dalam penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas substitusi tepung maggot BSF dalam pakan sebanyak: A (0%), B (8%), C (16%), dan D (24%). Parameter yang diamati meliputi konsumsi pakan (g/ekor/hari), tingkat produksi telur harian (%), bobot telur harian (g/ekor/hari) dan konversi pakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian tepung maggot BSF dalam ransum ayam KUB periode layer berpengaruh sangat signifikan (P<0,01) terhadap konsumsi pakan, produksi telur harian, dan konversi pakan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tepung maggot BSF dapat dimasukkan dalam pakan ayam KUB hingga tingkat 16% tanpa menurunkan performa produksinya. Pada level tersebut, tercatat konsumsi pakan sebesar 94,11 g/ekor/hari, produksi telur harian sebesar 74,89%, dan nilai konversi pakan sebesar 3,25.</em></p> <p><em> </em></p> <p><strong><em>Kata kunci:</em></strong> <em>Ayam KUB, Tepung Maggot, Produksi Telur, Ransum, Performa Layer</em></p> <p> </p> <p> </p> <p><strong><em> </em></strong></p> <p><strong><em> </em></strong></p> <p><strong><em> </em></strong></p> <p><strong><em> </em></strong></p> <p><strong><em> </em></strong></p> <p><strong><em> </em></strong></p> <p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>The objective of this study was to evaluate the use of Black Soldier Fly (BSF) maggot meal in feed on the production performance of KUB chickens during the laying phase.<br />A total of 200 KUB chickens aged 24 weeks were used in the study and maintained for seven weeks under different feed treatments. The study used a Completely Randomized Design (CRD) with four treatments and five replications. The treatments consisted of BSF maggot meal substitution levels in the feed: A (0%), B (8%), C (16%), and D (24%). The observed parameters included feed intake (g/bird/day), daily egg production rate (%), daily egg weight (g/bird/day), and feed conversion ratio. The analysis showed that the treatments had a highly significant effect (P<0.01) on feed intake, daily egg production, and feed conversion. The conclusion of this study is that BSF maggot meal can be included in the diet of KUB chickens up to a level of 16% without reducing their production performance. At this level, feed intake was recorded at 94.11 g/bird/day, daily egg production at 74.89%, and feed conversion ratio at 3.25.</em></p> <p><br /><strong><em>Keywords:</em></strong><em> KUB Chicken, Maggot Meal, Egg Production, Diet, Laying Performance</em></p>2025-05-07T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Jurnal Tropicalanimalhttps://tropicalanimal.ppj.unp.ac.id/index.php/jeta/article/view/80Pengaruh Penambahan Tepung Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L) Pada Ransum Puyuh Petelur 2025-04-30T02:59:04+00:00Suci Rahayusucyrahayu1204@gmail.comFadilla Meiditafadillameidita05@gmail.com<h2>Abstrak</h2> <p>Feed additive merupakan bahan tambahan dalam pakan yang berfungsi meningkatkan kesehatan, produktivitas, dan status fisiologis ternak tanpa menjadi sumber utama zat gizi. Daun jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung senyawa bioaktif seperti saponin, flavonoid, minyak atsiri, tanin, eugenol, dan triterpenoid, sehingga berpotensi digunakan sebagai feed additive alami. Artikel ini bertujuan mengkaji berbagai hasil penelitian terkait penggunaan tepung daun jambu biji dalam ransum puyuh petelur. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan menelusuri artikel dari jurnal nasional terakreditasi yang diterbitkan dalam kurun waktu 2015–2024. Sumber literatur diperoleh dari platform ilmiah terpercaya seperti Google Scholar, ScienceDirect, dan basis data elektronik lainnya dengan kata kunci “jambu biji”, “puyuh”, dan “feed additive”. Hasil review menunjukkan bahwa penambahan tepung daun jambu biji dapat memberikan dampak positif terhadap kualitas telur, seperti peningkatan indeks kuning telur, penurunan kadar air ekskreta, abnormalitas dan penurunan kolesterol kuning telur, serta perbaikan performa bobot badan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan hasil yang tidak signifikan, yang diduga akibat belum ditemukannya dosis optimal dalam penggunaannya. Dengan demikian, perlu penelitian lanjutan untuk menentukan dosis efektif tepung daun jambu biji dalam ransum puyuh petelur.</p> <p><strong><em>Kata kunci: </em></strong><em>jambu biji, puyuh, feed additive.</em></p> <p><em> </em></p> <h2>Abstract</h2> <p><em><br />Feed additives are supplementary substances in animal feed that function to improve animal health, productivity, and physiological status without serving as primary sources of nutrients. Guava leaves (Psidium guajava L.) contain various bioactive compounds such as saponins, flavonoids, essential oils, tannins, eugenol, and triterpenoids, making them a potential natural feed additive. This article aims to review various research findings related to the use of guava leaf powder in the diets of laying quails. The method employed is a literature review by analyzing articles from nationally accredited journals published between 2015 and 2024. Literature sources were obtained from credible scientific platforms such as Google Scholar, ScienceDirect, and other trusted electronic databases using the keywords “guava leaf,” “quail,” and “feed additive.” The review results indicate that the addition of guava leaf powder may have positive effects on egg quality, including increased yolk index, reduced fecal moisture content, decreased shell abnormalities and yolk cholesterol, and improved body weight performance. However, several studies reported insignificant results, likely due to the absence of an optimal dosage. Therefore, further research is needed to determine the most effective dosage of guava leaf powder in the diet of laying quails..</em></p> <p><em> </em></p> <p><strong><em>Keywords: </em></strong><em>guava, quail, feed additives.</em></p> <p><em> </em></p>2025-05-07T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Jurnal Tropicalanimalhttps://tropicalanimal.ppj.unp.ac.id/index.php/jeta/article/view/76Review Literatur: Pengaruh Formulasi Dan Manajemen Pakan Terhadap Produktivitas Ayam Petelur Di Daerah Tropis 2025-04-21T14:17:42+00:00Putri Juniputrijuny08@gmail.comRini Elisiarinielisia@fmipa.unp.ac.idAnnisaannisa@unp.ac.id<p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Tinjauan ini dilakukan untuk mengevaluasi formulasi dan pemberian pakan pada ayam petelur berdasarkan komposisi nutrisi, jenis bahan pakan, serta metode pemberian yang dinilai optimal. Pakan telah diketahui menyumbang sekitar 70% dari total biaya produksi, sehingga berperan penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada fase starter, grower, dan layer. Ransum yang diberikan harus memenuhi kriteria dalam bentuk, tekstur, serta kandungan zat gizi, dengan manajemen yang mencakup jumlah, waktu pemberian, dan penambahan zat tambahan alami. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa ayam petelur menunjukkan performa terbaik pada suhu 10–30°C. Suhu di atas 30°C, yang umum terjadi pada musim kemarau, menyebabkan penurunan konsumsi, kualitas dan kuantitas produksi telur, serta daya tahan tubuh akibat stres panas dan kontaminasi racun jamur. Keadaan ini meningkatkan risiko kerugian ekonomi dan kematian. Perubahan formulasi serta metode pemberian pakan telah diusulkan untuk mengurangi dampak negatif tersebut. Namun, implementasi di peternakan skala kecil masih mengalami hambatan dari sisi teknis dan ekonomi.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: <em>Ayam Petelur; Formulasi Pakan; Manajemen Pakan; Stres Panas; Performa Produksi</em></p> <p> </p> <p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p>This review was conducted to evaluate the formulation and feeding strategies for laying hens based on nutrient composition, feed ingredients, and optimal delivery methods. Feed was recognized to contribute approximately 70% of the total production cost, thus playing a critical role in fulfilling nutritional requirements during the starter, grower, and layer phases. The feed ration was required to meet standards in terms of form, texture, and nutrient content, with management involving quantity, feeding schedule, and the addition of natural supplements. The findings indicated that laying hens performed optimally at ambient temperatures ranging from 10 to 30°C. Temperatures above 30°C, which commonly occurred during the dry season, led to reduced feed intake, lower egg production and shell quality, and weakened immune response due to heat stress and fungal toxin contamination. This condition increased the risk of economic loss and mortality. Adjustments in feed formulation and delivery practices were proposed to mitigate these negative effects. However, implementation at small-scale farms remained constrained by technical and economic challenges.</p> <p><strong>Keywords</strong>: <em>Laying Hens; Feed Formulation; Feeding Management; Heat Stress; Production Performance</em></p> <p> </p>2025-05-07T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Jurnal Tropicalanimalhttps://tropicalanimal.ppj.unp.ac.id/index.php/jeta/article/view/83Pengaruh Penambahan Tepung Labu Kuning (Cucurbita Moschata Duschenes) Terhadap Organoleptik Nugget Ayam Afkir 2025-05-01T00:48:46+00:00Ngesti Rahayurahayungesti750@gmail.comRefika Komalarefikakomala@fimpa.unp.ac.idRini Elisiarinielisia@fmipa.unp.ac.idMaiyontonimaiyontoni@fmipa.unp.ac.id<p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p>Tepung labu kuning berperan sebagai bahan pengikat sekaligus sumber β-karoten dan serat pangan yang bermanfaat bagi kesehatan. Warna kuning-oranye alami dari tepung labu kuning mampu meningkatkan daya tarik visual produk .Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung labu kuning terhadap organoleptik <em>nugget</em> ayam afkir. Penelitian ini dilakukan dengan berbagai dosis tepung labu kuning (0g, 15g, 20g, 25g, dan 30g) dan 25 panelis untuk uji organoleptik. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daging ayam 1000 g, tepung terigu 50 g, lada 2 g, tepung roti, dan tepung labu kuning. Alat yang digunakan pisau, penggiling daging, sendok, timbingan digital, plastik, kertas label, kamera, dan baskom. Parameter yang akan diteliti berupa warna, rasa, aroma, dan tekstur pada nugget. Hasil menunjukkan bahwa penambahan tepung labu kuning tidak memberikan perbedaan nyata (P>0,05) terhadap warna, tekstur, aroma, maupun rasa nugget. Namun, perlakuan dengan penambahan 25 g tepung labu kuning (P3) menghasilkan skor tertinggi untuk semua parameter organoleptik, yaitu warna (3,92), tekstur (3,56), aroma (4,04), dan rasa (4,08). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung labu kuning terhadap organoleptik <em>nugget</em> ayam afkir tidak berpengaruh terhadap warna,tekstur, aroma, dan rasa. Perlakua P3 (daging 1000 g + tepung labu kuning 25 g) memberikan hasil yang baik dari semua perlakuan.</p> <p><strong>Kata kunci:</strong><em> <strong>Tepung Labu Kuning</strong></em><strong><em>;</em></strong><strong><em> Nugget</em></strong><strong><em>;</em></strong><strong><em> Ayam Afkir</em></strong><strong><em>;</em></strong><strong><em> Organoleptik</em></strong></p> <p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em> </em><em>Pumpkin flour serves as both a binding agent and a source of β-carotene and dietary fiber that are beneficial for health. The natural yellow-orange color of pumpkin flour enhances the visual appeal of the product. This study aimed to examine the effect of pumpkin flour addition on the organoleptic properties of spent hen chicken nuggets. The research was conducted using various doses of pumpkin flour (0g, 15g, 20g, 25g, and 30g) with 25 panelists for organoleptic testing. The ingredients used in this study included 1000 g of chicken meat, 50 g of wheat flour, 2 g of pepper, breadcrumbs, and pumpkin flour. The tools utilized were knives, a meat grinder, spoons, a digital scale, plastic bags, label paper, a camera, and mixing bowls. The parameters examined were color, taste, aroma, and texture of the nuggets. The results showed that the addition of pumpkin flour did not significantly affect (P>0.05) the color, texture, aroma, or taste of the nuggets. However, the treatment with 25 g of pumpkin flour (P3) yielded the highest scores for all organoleptic parameters: color (3.92), texture (3.56), aroma (4.04), and taste (4.08).In conclusion, the addition of pumpkin flour to spent hen chicken nuggets did not significantly influence color, texture, aroma, or taste. Treatment P3 (1000 g chicken meat + 25 g pumpkin flour) produced the best results among all treatments.</em><br /> <br /><strong>Keywords:</strong><em> Pumpkin Flour</em><em>;</em><em> Nugget</em><em>;</em><em> Spent Hent Chicken Nuggets</em><em>;</em><em> Organoleptic</em></p>2025-05-07T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Jurnal Tropicalanimalhttps://tropicalanimal.ppj.unp.ac.id/index.php/jeta/article/view/81Evaluasi Status Reproduksi Ovarium Sapi Simental terhadap Kuantitas dan Kualitas Oosit secara In Vitro2025-05-06T01:30:11+00:00Nadia Rahmanadiarahma@politanipyk.ac.idFadilla Meiditafadillameidita05@gmail.comDwi Anantadwiananta@politanipyk.ac.id<p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status reproduksi ovarium berdasarkan keberadaan <em>corpus luteum</em> terhadap kuantitas dan kualitas sapi Simental secara <em>in vitro.</em> Sampel ovarium diperoleh dari Rumah Potong Hewan (RPH) yang ada di sekitaran Kota Padang dengan waktu transportasi menuju laboratorium selama 6 jam. Pengambilan oosit dilakukan menggunakan metode <em>slicing</em>. Total ovarium yang digunakan sebanyak 90, terdiri atas 45 ovarium dengan <em>corpus luteum</em> (CL+) dan 45 tanpa <em>corpus luteum</em> (CL-). Analisis data dilakukan menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ovarium tanpa <em>corpus luteum</em> (CL-) memiliki kuantitas oosit lebih banyak (502 oosit) dibandingkan dengan ovarium yang memiliki <em>corpus luteum</em> (CL+) sebanyak 486 oosit. Dari segi kualitas oosit, proporsi oosit grade A pada kelompok CL- adalah 14,87%, sedangkan pada CL+ sebesar 13,05%. Untuk oosit grade B, masing-masing kelompok mencatatkan persentase 58,31% (CL-) dan 58,21% (CL+). Grade C tercatat 14,87% pada CL- dan 15,10% pada CL+, sedangkan grade D sebesar 11,95% (CL-) dan 13,64% (CL+). Berdasarkan analisis statistik, keberadaan <em>corpus luteum</em> tidak memberikan pengaruh yang signifikan (P>0,05) terhadap kuantitas maupun kualitas oosit yang diperoleh secara <em>in vitro.</em></p> <p><strong>Kata kunci<em>:</em></strong><em> corpus luteum, </em>oosit, <em>in vitro, </em>kuantitas, kualitas</p> <p> </p> <p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>This study aimed to evaluate the reproductive status of ovaries based on the presence of corpus luteum (CL) in relation to the quantity and quality of oocytes from Simmental cattle in vitro. A total of 90 ovaries were collected from slaughterhouses around Padang City, consisting of 45 ovaries with CL (CL+) and 45 without CL (CL-), with a transportation time to the laboratory of approximately six hours. Oocytes were retrieved using the slicing method, and data were analyzed using a t-test. The results showed that CL- ovaries produced more oocytes (502) compared to CL+ ovaries (486). The proportion of grade A oocytes was 14.87% (CL-) and 13.05% (CL+); grade B: 58.31% (CL-) and 58.21% (CL+); grade C: 14.87% (CL-) and 15.10% (CL+); and grade D: 11.95% (CL-) and 13.64% (CL+). Statistical analysis indicated that the presence of corpus luteum had no significant effect (P>0.05) on the quantity or quality of oocytes obtained in vitro. </em></p> <p><strong><em>Keywords:</em></strong><em> corpus luteum, oocytes</em>, <em>in vitro, quantity</em>, <em>quality</em></p>2025-05-07T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Jurnal Tropicalanimalhttps://tropicalanimal.ppj.unp.ac.id/index.php/jeta/article/view/78Efektivitas Limbah Agroindustri Dalam Mengurangi Ketergantungan Pada Bahan Pakan Konvensional2025-04-29T05:48:42+00:00Nadila Fitri Yaninadilafitriyani242@gmail.comAnnisaannisa@unp.ac.id<p> </p> <p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p>Ketergantungan yang tinggi pada bahan pakan konvensional, seperti jagung dan kedelai, menyebabkan masalah keberlanjutan, seperti biaya produksi dan ketersediaan bahan baku. sekitar 60-70% biaya reproduksi berasal dari pakan. Limbah agroindustri yang melimpah di berbagai daerah Indonesia, seperti limbah kelapa sawit, dedak padi, dan limbah jagung, dan onggok berpotensi menjadi solusi alternatif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tinjauan pustaka (library research) dengan pendekatan kualitatif. Limbah kelapa sawit, misalnya, mengandung serat kasar yang tinggi, sedangkan limbah jagung kaya akan karbohidrat. hasil proses fermentasi onggok menunjukkan peningkatan kualitas nutrisi yang signifikan. Data laboratorium menunjukkan kandungan protein onggok fermentasi meningkat sebesar 25%. Limbah agroindustri memiliki potensi besar untuk menggantikan bahan pakan konvensional, baik dari segi kandungan nutrisi, efisiensi biaya, maupun dampak positif terhadap lingkungan. Dengan pengelolaan yang tepat, limbah agroindustri dapat menjadi solusi berkelanjutan dalam mendukung sektor peternakan dan perikanan.</p> <p><strong>Kata kunci : </strong><em>Ternak</em><em>; pakan alternatif</em><em>; limbah agroindustri</em><em>; fermentasi onggok.</em></p> <h2>Abstract</h2> <p><em>High dependence on conventional feed ingredients, such as corn and soybeans, causes sustainability problems, such as production costs and availability of raw materials. around 60- 70% of reproductive costs come from feed. Agro-industrial waste is abundant in various regions in Indonesia, such as palm oil waste, rice bran and corn waste, and onggok has the potential to be an alternative solution. This research uses a library research method with a qualitative approach. Palm oil waste, for example, contains high levels of crude fiber, while corn waste is rich in carbohydrates. The results of the onggok fermentation process show a significant increase in nutritional quality. Laboratory data shows that the protein content of fermented onggok increased by 25%. Agro-industrial waste has great potential to replace conventional feed ingredients, both in terms of nutritional content, cost efficiency, and positive impact on the </em><em>environment. With proper management, agro-industrial waste can be a sustainable solution to support the livestock and fisheries sectors.</em></p> <p><em> </em></p> <p><strong><em>Key words</em></strong><em>: livestock</em><em>;</em> <em>alternative feed</em><em>;</em> <em>agro-industrial waste</em><em>;</em> <em>onggok fermentation.</em></p>2025-05-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Jurnal Tropicalanimal